Satu Hari Jadi Jurnalis bersama Radar Kediri
Hai pembaca... dalam tulisan kali ini, Indah mau bagi-bagi cerita, nih,
tentang School Journalist Trip atau yang lebih dikenal dengan SJT. Seperti
namanya, SJT adalah sebuah acara yang dibuat untuk anak-anak sekolah yang ingin
belajar jurnalistik. Nah, beberapa bulan lalu, Indah sempat mengikuti SJT, nih,
di Jawa Pos Radar Kediri. Jadi, seperti apa SJT itu? Yuk, ikuti cerita Indah
berikut ini! :)
Seperti yang Indah katakan sebelumnya, SJT full dengan
kejurnalistikan. Jadi, kita akan belajar jadi wartawan selama satu hari di SJT.
Tapi, sebelum benar-benar menjadi wartawan dan mencari berita, kita akan diberi
pengarahan dulu oleh redaksi Radar Kediri. Selain materi, kita akan dapat
beragam tips dan cerita pengalaman dari para pelakon dunia jurnalistik secara
langsung. Pokoknya, kita akan dapat banyak ilmu dari mereka. Mulai dari
bagaimana agar kita berhasil saat wawancara. Sampai bagaimana berita yang kita
buat jadi menarik dan tetap berbobot. Selain itu, kita juga bisa langsung
tanya-tanya ke kakak-kakak wartawan itu. Banyak ilmu, deh, pokoknya...
Ada beberapa tips, nih, yang masih Indah ingat dari materi SJT
kemarin. Pertama, saat wawancara. Sebisa mungkin hindari untuk berdebat dengan
narasumber. Sekalipun pendapat kita sekiranya bertentangan atau lebih benar
dari apa yang narasumber sampaikan. Usahakan untuk selalu santai dan akrab
dengan narasumber kita. Dengan begitu, narasumber akan lebih nyaman saat
diwawancarai. Dan bukan tidak mungkin, informasi yang kita dapat juga akan
lebih banyak.
Tips yang kedua adalah usahakan ketika membuat berita, kita
selipkan kutipan-kutipan dari narasumber saat hunting tadi. Kita juga
harus pintar dalam membuat judul. Sebab, judul adalah bagian pertama yang akan
dilihat pembaca. Oleh karena itu, saat membuat tulisan apapun itu (tidak hanya
berita), usahakan selalu punya judul yang unik namun tetap mewakili isi tulisan
yang kita buat. Ini dimaksudkan agar calon pembaca akan tertarik dengan tulisan
kita.
Nah, setelah cukup dapat tambahan ilmu, kita langsung praktik. Terjun
ke lapangan dan hunting berita. Kalau dulu, Indah cari beritanya di Bank
Indonesia (BI) dan Bea Cukai Kediri. Saat sampai di BI, kami disambut langsung
oleh kepala BI Kediri yang hari itu juga mengisi materi tentang fungsi BI.
Selain itu, kami juga dapat materi-materi tentang uang oleh beberapa pegawai
BI. Di sini, kami harus benar-benar mendengarkan materi yang disampaikan
narasumber sebagai bahan berita kami. Ketika ada beberapa hal yang ingin kita
ketahui, kita bisa bertanya langsung pada para pemateri.
Setelah selesai di BI, kami langsung menuju kantor Bea Cukai
Kediri. Tak jauh beda dari BI, selama di Bea Cukai kami akan mendapat pemaparan
mengenai peran dan fungsi Bea Cukai. Semua disampaikan langsung juga oleh para
pegawai Bea Cukai Kediri.
Selanjutnya, kami kembali menuju kantor Jawa Pos Radar Kediri. Agenda
selanjutnya bagi para peserta SJT adalah istirahat, sholat, makan, dan mengolah
bahan-bahan yang sudah didapat dari Radar, BI, dan Bea Cukai Kediri untuk
menjadi sebuah berita. Kami sampai di kantor Radar menjelang maghrib. Sedangkan
setelah maghrib, kami sudah harus mengumpulkan berita. Bisa dikatakan, kami
benar-benar diburu waktu untuk menyelesaikan berita itu.
Setelah maghrib, semua berita dikumpulkan. Berita kami akan dipilih
dan dinilai langsung oleh redaktur Radar Kediri. Peserta dengan berita terbaik
akan mendapat hadiah. Nah, sembari menunggu hasil berita itu, para peserta akan
dibawa menuju ruang redaksi Radar Kediri. Kali ini, kami bertemu dengan para
wartawan Radar Kediri sekaligus bertanya-tanya langsung kepada mereka.
Di sini, kami dapat beberapa fakta unik dari para wartawan itu.
Rupanya tidak semua dari mereka sedang menulis berita, lho. Beberapa di
antaranya ada yang sedang asyik melihat video sepakbola di Youtube dan bermain
Facebook. Eits, jangan kira mereka tidak profesional karena asyik berselancar
di internet saat bekerja. Justru, media sosial merupakan salah satu sumber
informasi penting bagi wartawan.
Usai dari ruang redaksi, kami mendapat materi tentang penyuntingan
berita. Materi ini diberikan oleh editor langsung. Sedangkan yang diedit adalah
berita kami yang sudah terkumpul tadi. Di sini, ada hal baru lagi yang juga
baru Indah ketahui. Ternyata, setiap perusahaan koran atau majalah itu memiliki
kaidah penulisannya sendiri. Jadi, antarkoran itu berbeda-beda kaidah
penulisannya. Meskipun secara garis besar tetap menganut kaidah Kamus Besar Bahasa
Indonesia (KBBI).
Trip kami
berlanjut. Sekitar jam sepuluhan kami berangkat lagi. Naik bus, meninggalkan
kantor Radar Kediri menuju Nganjuk. Ya, Nganjuk. Kami menempuh perjalanan malam
hari sampai beberapa jam. Hingga dini hari, kami sampai juga di Temprina,
percetakan milik Jawa Pos yang mencetak beberapa koran seperti Radar Kediri dan
Nganjuk. Percetakan ini sangat besar. Dan di tengah hari yang hampir pagi,
perusahaan ini masih beroperasi. Saat kami sampai, para pekerja sedang sibuk
mencetak beberapa koran. Jam segitu, memang waktu percetakan koran. Sebab, dari
pihak Radar sendiri baru mengirimkan file koran mereka ke percetakan
sekitar pukul dua belas malam.
Di sini, ada banyak sekali gulungan kertas yang besarnya seperti
pohon di hutan-hutan pedalaman Sumatera atau Kalimantan. Gedhe banget. Tak
hanya kertasnya, tinta di sini, juga besar. Seember-ember cat tembok ukuran
jumbo. Selain itu, mesin pencetak di Temprina juga tak tanggung-tanggung. Ya,
itu adalah pengalaman pertama Indah melihat langsung ke dalam percetakan. Dulu
Indah pernah ke percetakan tapi tidak pernah langsung masuk ke dalam. Itu pun
hanya percetakan kecil. Jadi, yah begitulah..., agak takjub hehe.
Selain mencetak koran, Temprina juga mencetak buku dari beberapa
penerbit. Soal-soal ujian, Lembar Kerja Siswa (LKS), dan kalender juga pernah
dicetak di sana. Jadi, percetakan Temprina ini tidak hanya melayani dari Jawa
Pos saja tapi juga dari masyarakat.
Setelah selesai melihat proses pencetakan, kami refreshing sebentar.
Kembali ke Kediri untuk makan malam di Jalan Dhoho. Baru setelahnya, kami
tidur. Besoknya, masih ada agenda lagi. Perjalanan jurnalis kita, belum selesai,
guys...
Pagi-pagi sekali kami bangun. Bersiap lalu segera naik bus kembali.
Kami akan menuju ke tempat pendistribusian koran. Tapi, sebelum koran itu siap
diambil para loper, koran-koran yang sudah dicetak ternyata masih harus
diurutkan lagi. Proses ini biasanya disebut “mengoplos koran”. Setelah semuanya
urut dan sesuai, baru koran itu dipasarkan, di jalan, rumah, toko, dan
sebagainya. Dan menjual koran adalah agenda terakhir bagi para peserta SJT.
Biasanya para peserta akan diberi beberapa koran terbitan hari itu, kemudian dibawa
ke perempatan atau tempat-tempat ramai lainnya untuk menjual koran. Tapi sayang,
waktu Indah ikut SJT ada kuliah pagi sehingga sebelum jam tujuh, semua sudah
harus sampai di kampus. Jadi, SJT Indah hanya berakhir di pengoplosan saja.
Begitulah pengalaman Indah sewaktu ikut SJT. Seru dan asyik banget.
Ilmu yang kita dapat pun lebih mantap, sebab semuanya disampaikan langsung oleh
para ahlinya. Selain itu, kita juga mempraktikkan dan melihat di lapangan
langsung. Jadi, tak ada hal-hal meragukan yang kita dapat di SJT.
Tak hanya ilmu, ikut SJT secara tidak langsung membuat kita
mengetahui bagaimana perjuangan seorang wartawan untuk menghasilkan berita
berkualitas yang dapat dipercaya. Kita akan tahu kalau ternyata membuat koran
yang biasanya berakhir sebagai bungkus kacang itu tidaklah mudah. Beberapa
peserta akhirnya menyadari hal itu. Kalian pasti akan bisa lebih menghargai
para kuli tinta ini pasca ikut SJT.
So, buat kalian
yang ngaku cinta banget sama jurnalistik, enggak afdhol kalau sampai
enggak ikut SJT. Ikut SJT gak bakal rugi, deh. Apalagi bagi anak-anak yang ikut
ekskul jurnalis. SJT bakal bisa melengkapi pengalaman jurnalistik kamu selama
kamu masih sekolah. Dengan ikut SJT, kita bisa belajar kejurnalistikan satu hari
penuh dan mendapat ilmu dari pelakon aslinya secara langsung. Jadi, jangan ragu
buat ikut SJT yak, Pembaca! J
Comments
Post a Comment