Bangkitnya Pesona Lawang Sewu
Hayo, siapa yang belum tahu bangunan ini??? Bangunan ini sering banget wara-wiri di layar film, lho Pembaca. Apa kalian pernah nonton Ayat-Ayat Cinta? Film yang sempat meledak di tahun 2008 itu juga mengambil latar di gedung yang akan kita bahas kali ini. Gimana, kalian sudah tahu kan??? Yaps, benar sekali. Gedung ini adalah Lawang Sewu. Lawang Sewu memang sering sekali menjadi tempat syuting beberapa film karena arsitektur khas Eropanya. Lebih seringnya Lawang Sewu menjadi sebuah tempat syuting acara-acara uji nyali dan film horor. Bahkan nama Lawang Sewu pernah menjadi judul salah satu film horor juga, Pembaca. Lawang Sewu memang terkenal dengan kisah-kisah mistis di dalamnya. Terlebih, di ruang bawah tanahnya yang juga dikenal sebagai bekas penjara bawah tanah.
Wah, siapa yang menyangka gedung indah ini mengandung kesan horor seperti itu, ya? Tapi, tenang pembaca, Indah akan menceritakan sejarah singkat gedung ini. Yang jelas, Lawang Sewu dulu dan sekarang sudah jauh berbeda, lho Pembaca. Nah, sebagai pembuka, yuk kita intip potret Lawang Sewu dulu-sekarang!
Lawang Sewu Sekarang |
Gimana Pembaca, beda apa beda? hehe... Setelah berkunjung ke sana, anggapan Lawang Sewu horor itu
pasti akan luntur. Sebab, begitu tiba, kalian akan langsung disuguhi
keindahan bangunan Lawang Sewu. Dengan arsitektur dan bentuk bangunannya yang
khas, membuat Lawang Sewu sangat indah dilihat. Apalagi Lawang Sewu sudah makin cantik dan kinclong, hehe... Ditambah lagi, dengan lawang atau
pintunya yang banyak, sangat unik dan beda dari gedung-gedung lain.
Di Lawang Sewu, terdapat beberapa gedung yang semuanya bergaya Eropa. Selama di sana, kita bisa menjelajahi gedung-gedung itu dan menikmati arsitekturnya. Selain dapat berkeliling dan melihat-lihat, di salah satu gedungnya, akan ada beberapa foto dan gambar berisi penjelasan mengenai Lawang Sewu dan sejarah perkeretaapian Indonesia. Kereta api? Iya, kereta api, haha...
Lawang Sewu dulunya (waktu penjajahan Belanda) merupakan kantor lembaga perkeretapaian yang kalau sekarang semacam PT KAI. Lembaga ini termasuk yang pertama membangun jalur kereta api dan menjadi perintis perkeratapian di Jawa. Karena itu, di dalam Lawang Sewu turut disajikan beberapa gambar dari stasiun-stasiun di Jawa pada zaman dulu. Selain itu, sebagai bekas kantor perkeretaapian, di sana juga terdapat beberapa gerbong kereta bersejarah, seperti loko uap yang terparkir di halaman samping Lawang Sewu. Untuk lebih mengetahui sejarah perkeretaapian di Indonesia, Jawa khususnya, kita bisa berkunjung ke museum yang ada di salah satu gedung Lawang Sewu. Di sana juga terdapat beberapa benda tentang kereta api.
Selain itu, ada satu tempat yang paling tidak boleh dilewatkan ketika mengunjungi Lawang Sewu adalah menjelajahi ruang bawah tanah. Ruang ini sangat terkenal, seperti yang telah kita bahas tadi di awal. Kita bisa masuk dan merasakan sendiri bagaimana ngerinya bekas penjara bawah tanah itu. Untuk berkeliling ke ruang bawah tanah itu, pengunjung harus sabar menunggu sebab peminatnya sangat banyak. Pengunjung yang masuk ke ruang bawah tanah dibatasi dan dibagi menjadi beberapa kloter. Selain mungkin untuk memudahkan mengatur pengunjung ketika di dalam ruang bawah tanah, pembagian kloter ini juga dikarenakan sedikitnya jumlah sepatu boots yang disediakan. Semua pengunjung yang ingin masuk ke ruang bawah tanah memang wajib bersepatu boots. Karena itulah, pengunjung harus antri dulu. Untuk menyewa sepatu itu juga, pengunjung harus membayar. Kalau Indah dulu, biayanya lima ribu rupiah per orang.
Begitu masuk ke pintu menuju ruang bawah tanah, suasana gelap langsung terasa. Ya, tidak ada lampu di ruangan ini. Total hanya terdapat satu lampu yang dipasang di ruang bawah tanah itu. Jadi, saat menjelajahi ruang bawah tanah ini pengunjung bisa menggunakan lampu senter. Oleh karena kondisi minim penerangan itulah, pengunjung juga harus saling bantu dan berhati-hati ketika masuk ke ruang bawah tanah itu. Sedari awal, kerjasama itu sudah diperlukan ketika pengunjung harus menuruni tangga saat baru masuk ruang itu. Begitu masuk di sana, pengunjung akan berjumpa dengan lorong panjang yang gelap.
Karena berdiri di atas lahan yang memiliki sumber air dangkal, ruangan di bawah Lawang Sewu ini juga bisa menyumber air dari tanah, terutama ketika musim hujan. Oleh karena itu, beberapa ruangan bawah tanah itu tergenang air. Sebab itu pula, kenapa setiap pengunjung harus memakai sepatu boots saat menjelajahi tempat ini.
Kondisi tanah di sekitar Lawang Sewu yang mudah menyumberkan air
itu juga yang pada mulanya dimanfaatkan Belanda. Mereka membangun ruang bawah
tanah yang bisa dipenuhi air dengan maksud ruangan itu akan menjadi dingin lalu
hawa dinginnya akan bisa dirasakan ruangan lain yang ada di atasnya. Bisa
dikatakan, ruang bawah tanah itu digunakan sebagai pendingin ruangan alami.
Namun, fungsi ini berubah ketika zaman pendudukan Jepang. Tentara Jepang
menggunakan ruang bawah tanah ini sebagai penjara sekaligus tempat penyiksaan
bagi para tahanan mereka. Bahkan tempat ini disebut pula sebagai tempat pembantaian
tahanan-tahanan itu. Mayat-mayat mereka lalu dibuang ke sungai dekat Lawang
Sewu. Hal inilah yang akhirnya mengundang citra mistis mengenai Lawang Sewu beredar
di masyarakat.
Pengunjung sendiri bisa menyaksikan kamar-kamar bekas penjara di ruang bawah tanah Lawang Sewu. Di beberapa kamar itu terdapat kolam-kolam kecil seperti bak mandi yang sepertinya dahulu digunakan Jepang sebagai penjara jongkok. Memang kolam itu tidak tinggi dan orang yang ada di dalamnya harus berjongkok. Dahulu, Kolam-kolam ini akan diisi air lalu ditutup dengan kerangka besi sehingga para tahanan itu tidak dapat berdiri. Maka, tak heran bila beberapa tahanan ini kemudian akan meninggal di penjara jongkok ini. Penjara jongkok sendiri bisa dikatakan sebagai pos penyiksaan terakhir bagi para tahanan itu. Sebelum masuk ke penjara jongkok, tahanan sudah dimasukkan ke penjara berdiri. Bila setelah dimasukkan ke penjara jongkok tahanan itu tidak mati, maka ia akan dibantai. Bahkan di ruang bawah tanah itu terdapat pula meja yang pernah menjadi tempat pemenggalan kepala para tahanan. Sayangnya, ketika Indah berkunjung ke sana, Indah tidak tahu dimana meja yang dimaksud itu.
Penjelajahan di ruang bawah tanah ini akan berakhir di sebuah pintu
yang mirip jendela kecil. Para pengunjung harus melewati pintu tersebut untuk
keluar. Untuk melewatinya pun tidak mudah. Selain karena bentuknya kecil,
jendela ini pun cukup tinggi sehingga pengunjung juga memerlukan sedikit tenaga
untuk bisa melewatinya.
Lawang Sewu sendiri sempat berubah-ubah fungsi penggunaannya. Seperti yang sudah dibahas tadi, pada mula pembangunannya Lawang Sewu ditujukan sebagai kantor perkeretaapian pemerintahan Belanda yang ada di Jawa. Bangunannya didesain memiliki banyak pintu agar udara dapat keluar masuk dengan mudah di gedung tersebut. Karena banyaknya lawang (pintu) di bangunan inilah yang akhirnya membuat gedung ini dijuluki dengan Lawang Sewu (pintu seribu). Namun, ketika penjajah Jepang datang, Lawang Sewu berubah menjadi penjara.
Lawang Sewu pun sempat tak terawat selama beberapa tahun. Hal ini
membuat kesan mistis di bangunan peninggalan Belanda ini kian kental. Namun,
pemerintah Semarang terus berupaya menghapus kesan negatif ini. Pemerintah
setempat semakin getol membenahi Lawang Sewu. Renovasi dan perbaikan beberapa
kali dilakukan. Tanaman-tanaman hias juga ditambahkan guna mempermanis Lawang
Sewu. Kamar mandi di sana pun bersih. Yang lebih mengesankan lagi, kamar
mandinya pun bergaya Eropa, senada dengan arsitektur bangunan utamanya.
Lawang Sewu memang sudah berbenah sekarang, dan menjadi salah satu
destinasi favorit di Semarang. Selain menikmati taman dan keindahan arsitektur
gedungnya, pengunjung juga bisa belajar tentang sejarah, utamanya sejarah perkeretaapian
di Jawa. Selain itu, pengunjung juga bisa melihat Tugu Muda yang tepat berdiri di
depan Lawang Sewu. Bila ingin membawa oleh-oleh, pengunjung pun tidak perlu
khawatir. Di bagian belakang gedung Lawang Sewu, juga ada penjual suvenir dan
kaos bertemakan Lawang Sewu. Jadi, tunggu apalagi? Yuk, berwisata ke Lawang
Sewu...
Comments
Post a Comment