ABAHKU (2): Satu di Antara Pesannya

Mushola, 05.15.
abah

“Salah satu syarat sahnya salat adalah suci. Tak hanya badan, tapi juga tempat dan pakaian.”

Abah meletakkan kitabnya, melepas kopiah putihnya, lalu menggulung lengan bajunya seatas siku. Abah berlanjut mengusap wajahnya. Dari batas tumbuhnya rambut hingga dagu. Dari anak kuping kanan hingga anak kuping kiri. Abah kemudian melanjutkan mengusap kedua lengannya sampai di atas siku.

“Lebih sedikit tak apa. Daripada tidak sampai sesiku.” Abah sekali lagi mengusap lengannya. “Harus diperhatikan siku benar-benar sudah terbasuh.”

Abah lalu mengembalikan lengan bajunya.

“Setelah membasuh tangan. Selanjutnya adalah membasuh kepala.” Abah mengedarkan pandangannya ke penjuru musola sekilas lalu kembali meneruskan penjelasannya.

“Perlu diingat, membasuh kepala, bukan membasuh rambut.” Abah lalu mengarahkan jari-jari tangannya ke tengah kepalanya. “Cara yang paling aman adalah membasuh bagian tengah kepala. Sehingga kita bisa ber-husnudzon bahwa air itu akan mengalir, lalu bisa menembus rambut hingga menyentuh kulit kepala. Kalau perlu diusap-usap agar sampai benar-benar menyentuh kulit kepala.”

Aku terhenyak. Jadi, selama ini aku masih asal membasahi bagian depan kepalaku. Aku tak yakin apakah air itu sampai di kulit kepalaku atau tidak. Astagfirullah...

Penjelasan Abah belum selesai. Kini Abah mengangkat tangannya tinggi-tinggi.

“Taruh jempolan ke belakang daun telinga terus empat jari di depan seperti ini.” Kata Abah sembari menggerak-gerakkan ibu jari dan telunjuknya. “Lipatan-lipatan telinga juga harus sampai terkena air semua.” Abah menyela lipatan-lipatan daun telinganya dengan telunjuknya.

Kemudian, tibalah kami di rukun terakhir. Membasuh kaki.

“Selain mata kaki dan sela-sela jari, bagian bawah kaki juga harus terkena air. Jadi, telapak kaki harus dibasuh. Kalau pakai bakiak berarti harus dilepas dulu. Tidak boleh hanya diguyur pakai gayung. Byur... byur... byur...” Abah mempraktikkan bagaimana biasanya kami mengguyurkan air.

“Selain itu, kebersihan pakaian pun harus diperhatikan.” Keterangan belum usai.

“Saat membilas baju, jangan sampai baju yang sudah bersih kemudian terkena cipratan air dari kran yang mantul ke lantai.”

Baju yang sudah dibilas akan kembali najis bila terkena cipratan air itu. Ilmu baru lagi. Aku masih terlalu abai pada persoalan ini.

“Ya, begitulah. Bagaimana pentingnya pengetahuan agama.” Abah diam sejenak.
Nopo maneh, niki sedanten calon ibu. Wong wadhon.” Apalagi, semua adalah calon ibu. Anak-anak putri.
“Yang mencuci baju, yang membersihkan rumah, yang mengajari anak-anak.” Seluruh musola takdzim. Mendengarkan Abah baik-baik.

“Begitu itu pentingnya ilmu untuk wanita. Jadi, tidak benar bila wanita hanya di rumah. Harus di sumur, dapur, kasur. Bahkan sebuah hadist mengatakan bahwa wanita adalah tiang negara. Dari rahimnya akan lahir para penerus bangsa. Wanita jugalah yang kelak menjadi guru pertama bagi anaknya. Karena itu, bagus tidaknya negara tergantung pada wanitanya. Kalau wanitanya baik, maka darinya akan lahir generasi-generasi baik. Itulah mengapa wanita adalah tiang negara.” Lagi, Abah memberi jeda. Kami semua terdiam meresapi setiap dawuh Abah.

“Bila wanita itu tiang negara. Lalu, kaum pria bagaimana?” Aku bertanya-tanya. Iya juga. Tiang rumah tangga, kah? “Laki-laki itu juga tiang, lho. Tiyang Jaler... ” Orang laki-laki.

Hahaha... tawa meledak di musola pagi itu. Abah selalu pandai membuat kami tidak tegang.

Makane Mbak, sak niki awak e direkso dewe. Sing ati-ati, Mbak. Sing ati-ati... ” 

Jaga diri dan selalu berhati-hati. Itu pesan terakhir Abah sebelum mengakhiri kajian Sulamul Munajah pagi itu. Aku menutup kitab tipisku kemudian beranjak kembali ke kamar.

Comments

  1. Casino Bonus Codes for October 2021
    Read our Casino Bonus 미스터 플레이 Offers 벳 익스플로 어 for kbo 분석 October 2021 and find out how they work! and 네이버 룰렛 when to use our Casino Bonuses when 온라인포커 making a new one!

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Candi Tegowangi: Pesona Majapahit yang Tertinggal di Kediri

Wisata Sejarah Candi Surowono Kediri

Bangkitnya Pesona Lawang Sewu